BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah pendidikan bagi masyarakat pada saat ini bukan merupakan sesuatu yang asing. Berkat kemajuan teknologi informasi tingkatan pendidikan formal mulai dari playgroup hingga jenjang perguruan tinggi sudah sering terdengar ditelinga mereka. Selain dari pendidikan formal, pendidikan informal seperti modeling, teater, sekolah sepak bola, juga mulai menjamur di masyarakat. Keanekaragaman pendidikan ditawarkan kepada masyarakat, tinggal mana yang tepat untuk masa depan anak-anaknya.
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat. Namun sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan. Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di tengah-tengah masyarakat, termasuk yang sangat menonjol adalah: a) ketimpangan antara kualitas output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, b) ketimpangan kualitas pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, c) ketimpangan kualitas pendidikan antar penduduk kaya dan penduduk miskin.
Ketimpangan kualitas pendidikan tersebut mengakibatkan cara pandang masyarakat terhadap dunia pendidikan menjadi berbeda pula. Pola pikir akan pendidikan antara masyarakat perkotaan dengan pegunungan jelas berbeda. Hal ini diperkuat dengan kondisi geografis antar keduanya. Di perkotaan yang cenderung berada di dataran rendah sedangkan pegunungan umumnya di daerah dataran tinggi. Perbedaan geografis ini berpengaruh terhadap kecenderungan orang tua untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan demikian secara perlahan pola pikir anak tentang perlunya pendidikan yang lebih tinggi secara perlahan akan diwariskan pula kepada generasi penerusnya.
Berbagai problem yang muncul di masyarakat tentang lulusan dari lembaga pendidikan terus terjadi. Masalah tersebut, khususnya ketimpangan antara kualitas pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja merupakan refleksi adanya kelemahan yang mendasar dalam dunia pendidikan kita.
Setiap upaya untuk memperbaharui pendidikan akan sia-sia, kecuali menyentuh akar filosofis dan teori pendidikan. Yakni, pendidikan tidak bisa dilihat sebagai suatu dunia tersendiri, melainkan pendidikan harus dipandang dan diberlakukan sebagai bagian dari masyarakatnya. Oleh karena itu, proses pendidikan harus memiliki keterkaitan dan kesepadanan secara mendasar serta berkesinambungan dengan proses yang berlangsung di dunia kerja.
Asumsi lain menyebutkan bahwa pola pikir masyarakat akan pendidikan pada awalnya sangat dipengaruhi oleh strata sosial masyarakat itu sendiri. Status sosial dan peran sosial yang berbeda mengakibatkan cara pandang yang berbeda pula terhadap pendidikan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dalam makalah ini akan diuraikan Relevansi Pendidikan dengan cara berpikir masyarakat.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Sejauh mana pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat dapat mempengaruhi pola pikirnya?
2. Bagaimanakah pola pikir masyarakat terhadap pendidikan?
3. Apa relevansinya antara pendidikan terhadap cara berpikir masyarakat?
1.2.2. Batasan Masalah
Ruang lingkup masalah dalam makalah ini yaitu
Sesuai dengan judul Makalah ini yaitu Relevansi Pendidikan dengan cara berpikir masyarakat, maka dalam pembahasannya akan dideskripsikan pola pikir masyarakat terhadap pendidikan ditinjau dari strata sosial, letak geografis masyarakat, serta pandangan tentang relevansi pendidikan dalam membangun masyarakat.
1.3. Tujuan Makalah
Tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Memberikan gambaran tentang pola pikir masyarakat mengenai pendidikan.
2. Menjabarkan secara empiris relevansi antara pendidikan dengan pola pikir masyarakat,
3. Memberikan gambaran tentang pembaharuan paradigma pengelolaan pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar